Home is where our heart

(Tulisan mas Bagus Utomo)...

Founder & pengelola KPSI pusat (Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia) sekaligus caregiver/ pelaku rawat

Teman-teman semua di seluruh Indonesia. 

Sebagian dari kita punya orangtua yg nggak sempurna sikapnya pada kita. Bahkan ada yg toxic, jahat, pilih kasih, nyinyir, kasar dan lain-lain. Memang kita sedih, tertekan, kecewa, nggak percaya punya ortu begitu, marah, jadi rendah diri, merasa tak berharga dan lain-lain. Kalau kita di rumah aja nggak dihargai eksistensinya sebagai manusia, gimana di luar sana kita bisa merasa berharga, merasa percaya diri dan optimis menghadapi kehidupan. Seberat-beratnya tantangan kehidupan di luar sana, betapa pun kita dianggap manusia gagal di luar sana, tetapi ketika kita pulang diterima dengan pelukan kasih sayang dan dihargai kehadiran kita dengan kebahagiaan, maka kita jadi sungguh-sungguh menemukan "rumah" yang dapat menumbuhkan lagi semangat hidup. Kita merasa dicintai, disayangi, ada alasan bagi kita untuk terus berjuang mempertahankan kehadiran kita di alam semesta ini. Itulah yang disebut Home is where your heart is... Rumah adalah tempat dimana hati kita bertaut...

Namun bila kita pulang ke "rumah" di mana kita tidak dianggap ada, di mana kehadiran kita di kelompok masyarakat terkecil yaitu keluarga sudah tidak dirindukan atau tidak penting... Maka perlahan-lahan hilang alasan kita untuk bertahan. Hidup menjadi gersang, kita kehilangan arah mau kemana biduk kehidupan ini diarahkan. Kemana pun kita pergi sulit sekali kita menemukan tempat yang kita rasakan nyaman untuk disebut rumah. Kita sulit percaya ketulusan orang lain. Kita masih hidup tapi seakan-akan jiwa kita melayang-layang di antara ruang dan waktu, di twilight zone... Bagai kerakap tumbuh di batu, hidup segan mati tak mau. Itu pepatah lama yang menggambarkan gangguan depresi.

Kadang rasanya mendingan nggak punya orang tua Itu perasaan yang sangat manusiawi. Yah kita terima aja dulu dengan ikhlas semua perasaan itu. Inilah hidup kita yang tidak seindah buku-buku motivasi. Inilah sejarah kehidupan kita. Meski pahit dan tidak kita suka, semua harus diterima. Kata dokter Ida dan dokter Warih, kita terima dulu perasaan-perasaan itu, kita kan manusia biasa nggak bisa selalu kuat. Kemudian kata beliau berdua kita bikin kontrak kerja buat diri kita sendiri, kita mau merasa marah, sedih, kecewa, rendah diri, dan lain-lain berapa lama? Jangan lama-lama, secukupnya aja, sejam dua jam, atau sehari sampai kamu merasa lebih baik. Setelah itu kita lupakan dulu sejenak, lalu kita lanjutkan kegiatan hidup kita yang lain. Kita alihkan pikiran kita dengan kegiatan lain. Lalu sambil jalan, kita penuhi diri kita dengan perasaan kasih sayang dari diri kita sendiri. Kita senangkan, bahagiakan diri kita sendiri tanpa menunggu orang lain memberikan kebahagiaan pada kita. Termasuk gak usah menunggu keluarga kita membahagiakan kita. Setelah itu kita coba memaafkan. Memaafkan adalah nilai kebaikan yang ada di ajaran agama, adat dan keyakinan apapun. Biar pun rasa pedih menghalangi kita untuk memaafkan, kita coba untuk mengikisnya. Biar pun kita memaafkannya belum sepenuh jiwa raga, tidak apa-apa. Memaafkan walau belum bisa melupakan. Memaafkan walau sehari-hari masih terus mendapat perlakuan nggak adil, tidak apa-apa. Memaafkan sambil diam-diam kita menangis karena hidup kok gini banget. Inilah diri kita yang manusia biasa.

Karena itu sebelum tidur mari kita lepaskan semua dendam, luka, kecewa, marah, sedih, nelangsa... lepaskan semua. Kemudian dengan menyebut nama Tuhan yang Maha Pengasih dan Penyayang kita istirahatkan diri kita dalam pikiran yang damai. Tuhan tidurkan diriku malam ini dengan perasaan damai dan bangunkan aku esok hari dengan hati penuh kegembiraan. Seperti orang yang baru terlahir kembali untuk selalu bisa memulai lagi hidup yang lebih baik setiap hari. Amiin. 

Semoga menginspirasi... 

#salamsehatjiwa #TuhanadabersamaKITA

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kenapa mbak yen

lansia masih produktif